Sabtu, 09 Agustus 2008

Ringkasan Penelitian tentang Masyarakat Nelayan

Pemanfaatan Budaya Lokal Terhadap Teknologi Penangkapan Ikan

Pada Masyarakat Nelayan.

(Penelitian ini didanai oleh Dana DP2M DIKTI Tahun 2007)


Mata pencaharian terbesar sebagai nelayan yang digeluti oleh masyarakat Pasar Laban Kelurahan Bungus Selatan, Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Kota Padang disebabkan oleh faktor geografis dimana wilayah Pasar Laban terletak memanjang di pinggiran pantai yang merupakan salah satu faktor yang terus dipergunakan untuk kelangsungan hidup mereka. Nelayan dalam memperoleh hasil tangkapan ikan di laut memiliki budaya dan teknologi penangkapan ikan yang telah ada sejak nenek moyangnya yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi dan juga diperoleh dengan cara mempelajari pengalaman-pengalaman dari orang sebelumny serta nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat yang tidak terlepas dari budaya lokal yang mereka miliki.


Dewasa ini jumlah teknologi penangkapan ikan semakin banyak baik yang masih bersifat tradisional maupun modern dalam meningkatkan perolehan tangkapan ikan di laut. Oleh sebab itu, masyarakat nelayan lokal sangat dituntut untuk dapat mengembangkan teknologi perikanan yang lebih baik lagi melalui budaya lokal setempat supaya mereka tidak tersingkir oleh keberadaan teknologi penangkapan modern nelayan lainnya. Budaya lokal dan teknologi perikanan yang harus mereka kembangkan berupa cara penangkapan ikan yang relatif modern, pemasaran ikan dan terutama pembuatan teknologi penangkapan ikan berupa kapal/perahu yang sesuai dengan budaya masyarakat yang telah ada.


Kapal/perahu sebagai salah satu teknologi penangkapan ikan yang dipergunakan oleh nelayan saat ini masih dibuat oleh beberapa nelayan di Pasar Laban. Pembuatan kapal, baik kapal bagan maupun payang selama ini adalah memakai kayu yang didatangkan dari Pagai Kepulauan Mentawai dengan waktu pembuatan membutuhkan kira-kira satu minggu apabila tidak ada hambatan dalam pengerjaannya. Untuk biaya pembuatan perahu untuk 1 buah berkisar 2 jutaan. Dalam pembuatan perahu nelayan, budaya lokal sangat mempengaruhi terutama ditemui adanya tradisi-tradisi yang dilakukan sampai saat ini, seperti melakukan upacara sebelum pembuatan perahu maupun sesudah perahu selesai, yaitu memotong ayam untuk mendarahi perahu, kemudian membuat nasi kunyit, gulai ayam dan makan bersama-sama sebelum kelaut.


Masyarakat Nelayan Pasar Laban memiliki sistem pengetahuan terhadap berbagai hal yang berhubungan dengan aktivitas penangkapan ikan di laut. Sistem pengetahuan tersebut berupa informasi mengenai banyaknya produksi ikan di beberapa lokasi yang menyebabkan para nelayan memperoleh hasil ikan yang maksimal, yaitu di dekat tubi atau pinggir batu karang yang didiami oleh ikan-ikan kecil. Untuk ikan besar biasanya berada di tengah laut. Selain itu, pengetahuan akan kondisi cuaca dan musim sangat mempengaruhi aktivitas penangkapan ikan di laut. Pengetahuan tentang kapan waktu turun ke laut dan kembali ke darat juga mempengaruhi aktivitas penangkapan ikan nelayan di Pasar Laban.


Dewasa ini jumlah teknologi penangkapan ikan semakin banyak baik yang masih bersifat tradisional maupun modern dalam meningkatkan perolehan tangkapan ikan di laut. Oleh sebab itu, masyarakat nelayan lokal sangat dituntut untuk dapat mengembangkan teknologi perikanan yang lebih baik lagi melalui budaya lokal setempat supaya mereka tidak tersingkir oleh keberadaan teknologi penangkapan modern nelayan lainnya. Budaya lokal dan teknologi perikanan yang harus mereka kembangkan berupa cara penangkapan ikan yang relatif modern, pemasaran ikan dan terutama pembuatan teknologi penangkapan ikan berupa kapal/perahu yang sesuai dengan budaya masyarakat yang telah ada.


Pada masyarakat Pasar Laban, secara umum aktivitas penangkapan ikan terdiri dari membagan, memayang, memukat dan menjaring. Membagan adalah aktivitas penangkapan ikan pada malam hari dengan sebuah kapal yang disebut bagan dengan ukuran panjang antara 12 m sampai 20 m dan lebar antara 2 m sampai 4 m yang dilengkapi dengan lampu TL neon sebanyak 100-150 buah dan waring dengan anggota sebanyak 6-7 orang. Memayang adalah aktivitas penangkapan ikan pada siang hari dengan perahu yang disebut dengan payang dengan ukuran panjang antara 8-12 m dan lebar 1-2 m yang dilengkapi dengan jaring yang panjangnya sekitar 400-500 m yang beranggotakan 10-12 orang. Memukat adalah menangkap ikan yang dilakukan di tepi pantai dengan alat jaring yang beranggotakan sebanyak 5-7 nelayan. Menjaring adalah aktivitas menangkap ikan yang dilakukan di tengah laut dengan menggunakan perahu kecil yang didayung dengan anggota sebanyak 2-4 orang.


Sistem pengetahuan nelayan juga berkaitan dengan informasi mengenai kondisi cuaca dan musim ketika akan melaut, banyaknya ikan di beberapa lokasi laut dan pantangan/larangan yang harus ditaati oleh nelayan ketika aktivitas akan kelaut, berada dilaut dan kembali ke darat.


Pelaksanaan aktivitas penangkapan ikan pada masyarakat Pasar Laban banyak dipengaruhi oleh adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan yang tidak boleh dilakukan oleh para nelayan, misalnya perempuan tidak boleh ikut ke laut untuk menangkap ikan dikarenakan dapat menghalangi rezeki. Selain itu sebelum berangkat atau turun ke laut terdapat pantangan-pantangan yang diyakini oleh masyarakat, yaitu apabila sudah berangkat dari rumah dan sudah sampai di kapal maka tidak boleh kembali lagi ke rumah, berbicara yang kotor-kotor atau takabur, jangan memberikan sesuatu yang diminta oleh orang lain sewaktu kita akan berangkat., tidak boleh bersiul-siul, berteriak-teriak dan membuat keributan. Selain itu tidak boleh buang air kecil atau buang air besar di bagian depan atau kepala bagan. Apabila hal tersebut dilakukan maka akan menimbulkan cuaca buruk atau badai dan juga akan menghalangi rezeki atau tidak akan mendapatkan ikan.


Hasil tangkapan ikan yang diperoleh langsung di bawa ke pasar tradisional Gaung dan diipasarkan langsung ke TPI (Tempat Pelelangan Ikan). Namun ada juga pembeli (konsumen) yang membeli ikan langsung ke kapal. Selain itu nelayan juga menjual tangkapan kepada banyak pembeli. Di Pasar Laban Kelurahan Bungus Selatan ini tidak ada pasar tradisional, tetapi yang ada adalah tempat pelelangan ikan yaitu di TPI batuang, TPI gaung atau ke TPI labuang tarok yang masih berfungsi sampai sekarang dan beraktifitas selama 24 jam yang telah didirikan sejak tahun 1990. Sejak TPI ini berdiri nelayan merasakan perubahan yang terjadi dalam memasarkan ikan. Ikan yang ditangkap selalu terjual habis tidak pernah dibawa pulang. Selain itu di TPI nelayan menjual ikan ke daerah gaung atau dijemput langsung kelaut oleh pembeli. Peran TPI sudah mampu meningkatkan perekonomian masyarakat nelayan.


Untuk meningkatkan ekonomi rumah tangga nelayan, peran istri sangat mendukung pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari keluarga apabila suami tidak melaut. Mereka berinisiatif bekerja menambah pendapatan keluarga yang dipicu oleh kondisi buruk yang selalu dihadapi nelayan seperti pengumpul kerang-kerangan, pengolah hasil ikan, pembersih perahu yang baru mendarat, pengumpul nener, membuat/memperbaiki jaring, pedagang ikan dan membuka warung. Selain itu, pembagian hasil tangkapan ketika melaut yang dilakukan induak semang dengan para nelayan mendukung pemenuhan ekonomi rumah tangga walaupun tidak signifikan. Peran TPI (Tempat Pelelangan Ikan) di batuang, TPI gaung atau ke TPI labuang tarok yang masih berfungsi sampai saat ini mampu meningkatkan ekonomi nelayan dan peran lembaga sosial yang dibentuk sendiri oleh nelayan pun dapat memberdayakan ekonomi nelayan seperti adanya tradisi Julo-Julo yang membantu ketika nelayan mengalami kesulitan keuangan.


Selain itu, dalam pemberdayaan ekonomi rumah tangga nelayan bahwa peran perempuan sangat mempengaruhi terhadap aktivitas penangkapan ikan masyarakat nelayan di Pasar Laban. Peran istri nelayan berinisiatif bekerja menambah pendapatan keluarga dipicu oleh kondisi buruk yang selalu dihadapi nelayan seperti pengumpul kerang-kerangan, pengolah hasil ikan, pembersih perahu yang baru mendarat, pengumpul nener, membuat/memperbaiki jaring, pedagang ikan dan membuka warung.


Untuk pemberdayaan ekonomi rumah tangga nelayan juga didukung oleh adanya lembaga sosial yang spontan berdiri atas swadaya masyarakat sendiri. Organisasi sosial atau semacam kelompok sosial yang dibentuk bersama-sama secara swadaya namun tidak tergabung dalam wadah yang formal. Wadah ini tersebut terjadi dengan sendirinya tanpa ada yang mendirikan. Selain itu juga terdapat tradisi julo-julo untuk membantu nelayan lain.


Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa saat ini masyarakat nelayan Pasar Laban masih membuat kapal/perahu dalam jumlah relatif sedikit, baik kapal bagan, payang maupun perahu kecil dengan ketersediaan kayu yang berasal dari Kepulauan Mentawai. Dalam pembuatan kapal/perahu tersebut, tradisi-tradisi yang ada berupa melakukan upacara sebelum pembuatan perahu maupun sesudah perahu selesai, yaitu memotong ayam untuk mendarahi perahu, kemudian membuat nasi kunyit, gulai ayam dan makan bersama-sama sebelum kelaut. Selain itu, nelayan memiliki sistem pengetahuan yang berkaitan dengan aktivitas penangkapan ikan, yaitu membagan, memayang, memukat dan menjaring dengan memanfaatkan teknologi seperti kapal/perahu, jaring, waring, jangkar, lampu TL neon dan dayung.


Tidak ada komentar: